KISAH KH ANWAR ZAHID "MANGKU KAMBING" DI BONCENG GURUNYA Sejauh 35 KM

Kisah ini disusun di Jayapura (Rabu, 10/01/2018) yang bersumber dari petikan cerita KH. Anwar Zahid, saat Kyai Anwar Zahid muda masih nyantri di Asrama Pesantren Ta'limul Qur'anil Adhzim (APTQ) Sampurnan, Bungah, Gresik, Jawa Timur yang didirikan dan diasuh oleh Fadhilatul Muhtarom al Mu’assis KH. Mas 'Abdurrohim al Baqir. 

Awal cerita, sebelum perayaan 'Idul Adha pada kisaran tahun 1993 salah seorang jama'ah APTQ dari Desa Kemantren, Paciran Lamongan menyanggupi satu ekor kambingnya untuk dipotong di APTQ, yang kebetulan pula pada saat itu sang pengasuh APTQ sedang menjalankan Ibadah Haji ke tanah suci. 

Salah seorang santri yang bernama Anwar Zahid di minta gurunya yang bernama Ust. Suratin 'Abbas untuk menemani mengambil kambing di Desa Kemantren, Paciran, Lamongan yang berjarak sekitar 35 km dari APTQ. 

Sesampai ditempat tujuan, kambing telah disiapkan dan siap pula untuk diboyong ke APTQ. Dalam perjalanan yang berjarak 35 km menempuh waktu kisaran satu jam dengan memangku seekor kambing yang berbobot sekitar 40 kg dicampur bau tidak sedapnya kambing, tak ayal membuat Kyai Anwar Zahid muda cengar-cengir tidak karuan, ibarat kata 

"Sudah berat tambah bau prengus lagi", namun dia tidak berani mengeluh pada sang guru. 

Keluhan itu tidak menyurutkan keikhlasan hati seorang Anwar Zahid untuk patuh dan tunduk pada perintah sang guru, karena hampir disetiap pondok pesantren salaf para santri diajarkan untuk mengabdi kepada para guru, pengabdian disini maknanya adalah kesiapan hati seorang murid untuk mengutamakan sang guru dari kepentingan dirinya sendiri, selalu memperhatikan kebutuhan guru dan berusaha mendapatkan kerelaan hati dari sang guru dengan harapan mendapat ridho dari sang guru yang berdampak pada barokah dan manfaatnya ilmu. 


Menurut pengakuan KH. Anwar Zahid dalam sebuah ceramah yang sempat terekam dalam memori ingatan sang guru, pada saat menanggung beratnya mangku kambing pada jarak yang tidak dekat itu beliau bermunajat pada Allah, 

"Ya Allah, meski kambing ini berat dan prengus baunya, namun aku memohon pada-Mu, sekarang aku mangku kambing semoga kelak aku mangku pondok, dan guruku Ust. Suratin 'Abbas kelak bisa nyetir aku juga jika aku memang diamanahi bisa mangku pondok". 

Mungkin karena barokah pengabdiannya, Kyai Anwar Zahid muda kepada para guru dan kyai semasa di pondoknya hingga akhirnya kini beliau bukan hanya manfaat ilmunya untuk umat dikalangan wilayah Jawa Timur, maupun seantero Nusantara, bahkan di beberapa negara di luar negeri pun ilmu beliau selalu bermanfaat. 

Menurut Abah Yai Suratin 'Abbas, seorang guru yang memboncengkan Kyai Anwar Zahid kala itu sekaligus sumber cerita hikmah ini melalui telfonnya (Kamis, 04/01/2018) menuturkan, 

"Kaji Anwar itu orangnya memang gemati (tekun)", "Kaji Anwar itu salah satu santri yang bisa meneruskan perjalanan perjuangan pak Yai", sambungnya. 

Kata adik letting Kyai Anwar Zahid, Ust. Adiba Salwa salah seorang guru di PP Al-Kautsar, Sentani, Jayapura, Papua, sekaligus adik Ust. Abdul Jalil Imam Masjid Baitur Rohim BTN Skyland, Kotaraja, Jayapura, 

"KH. Anwar Zahid setelah dari PP Langitan, Widang, Tuban itu masih nyantri lagi di APTQ selama 15 tahun". Hal ini senada dengan penuturan Mbah Yas, seorang alumni santri APTQ yang tinggal di Kota Jayapura sekaligus murid KH. Anwar Zahid waktu masih nyantri di APTQ dan sering mencucikan bajunya KH. Anwar Zahid. 

Kini kyai humoris dan ilmiah yang terkenal dengan jargon "Qulhu wae lek" yang lahir pada tahun 1974 di Dusun Patoman, Desa Simorejo, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro itu telah mendirikan Pondok Pesantren Assyafi'iyyah. 

Kebanyakan santri beliau adalah anak-anak transmigrasi yang masih minim pendidikan sosial dan agama, selain itu, rata-rata juga anak yatim dan anak-anak yang kurang mampu.

Mereka berasal dari daerah Sumatera, Jambi, Palu, Riau, Papua serta beberapa daerah lain diluar pulau Jawa. kh.anwarzahidMereka niat belajar di pondok KH. Anwar Zahid karena termotivasi ingin bisa ceramah seperti KH. Anwar Zahid. . Menurut KH. Anwar Zahid yang dikutip dari laman resmi, "santri yang mondok disini saya gratiskan semua mulai kebutuhan sekolah dan mengaji". 

"Harapannya setelah pulang nanti mereka bisa berjuang agama Islam di tanahnya", "Mereka satu tahun sekali pulangnya," imbuhnya. 

Saat ini santrinya masih diajarkan kitab-kitab pada umumnya di pondok lain. Tapi, ke depan Anwar mempunyai program unggulan, yakni Tahfidzul Qur'an atau menghafal Al Qur'an. "Untuk sekolahnya jenjang Madrasah Tsanawiyah dan 'Aliyah," ungkapnya. 

Saat ini jumlah santri KH. Anwar Zahid baru sebanyak 400-an, yang terdiri dari santri laki-laki 150 orang, dan santri perempuan 250.

Tambah beliau, saat ini undangan untuk ceramahnya semakin banyak. Namun, saat ini beliau harus membatasinya. Dalam seminggu beliau harus dua kali di rumah untuk mengajar santri dan bertemu keluarga.

"Saya harus libur dua hari untuk mengajar santri, kalau saya tidak mengajar nanti keliru. Meski sudah ada para dewan guru, tapi saya sendiri harus berbagi ilmu dengan santri," tuturnya.

Penyusun : Nur Rokhim (Demak) 
Sumber cerita : Abah Yai Suratin Abbas (Gresik).

Semoga cerita hikmah ini bermanfaat bagi kita semua, bahwasanya tidak ada kesuksesan yang di dapat secara instan

1 komentar:

Silahkan berikan Komentar anda, Mohon tetap Sopan dan Santun